TEMPO.CO, Jakarta - Merosotnya daya beli dan konsumsi masyarakat selama triwulan II 2020 membuat pelaku usaha, khususnya di sektor transportasi dan pergudangan mengalami masa paling sulit. Pandemi Covid-19 mengantarkan pertumbuhan lini usaha ini ambles sangat dalam pada April hingga Juni II 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto di sektor transportasi dan pergudangan minus 30,84 persen dibanding tahun lalu. Sektor transportasi dan pergudangan pun akhirnya menjadi satu dari sepuluh sektor yang mengantar pertumbuhan ekonomi Tanah Air ke level minus 5,32 persen pada triwulan II 2020.
Sejumlah warung makan tutup saat diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat merebaknya COVID-19 di kawasan Kalibata, Jakarta, 13 April 2020. Kenaikan harga barang ditambah penghasilan yang menurun adalah kombinasi fatal pemukul daya beli. Pemerintah harus mengantisipasi merosotnya konsumsi yang selama ini jadi penyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTAom
"Ini lebih disebabkan oleh transportasi orang dan penumpang, meskipun sektor logistik juga terdampak akibat adanya kontraksi di sektor industri dan perdagangan," ujar Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita kepada Tempo, Kamis, 6 Agustus 2020.
Biasanya, kata Zaldy, momentum Lebaran mampu mengungkit pertumbuhan PDB sektor transportasi dan logistik. Namun, tahun ini, momentum yang biasanya jadi andalan semua sektor usaha untuk menangguk untung itu tak mampu menopang pendapatan karena pemerintah juga masih membatasi mudik demi mencegah penyebaran Covid-19. "Hal ini disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat yang sangat tajam," ujar Zaldy, yang juga COO Paxel itu.
Selepas triwulan II 2020, Zaldy melihat pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat yang dilakukan pemerintah mulai membawa angin segar bagi sektor logistik. Namun, inipun masih jauh dari kondisi normal sebelum pandemi. Ketidakjelasan pada penanganan Covid-19 dan efektivitas stimulus yang diberi pemerintah dinilai masih membuat pelaku industri dan perdagangan menahan produksi. Imbasnya, aktivitas logistik ikut tergerus.